History of MIRACLE


Kisah ini dialami oleh Dian Milani Hakim, 10 tahun yang lalu dimana ia pernah menyaksikan penderitaan ayahnya Hakimuddin Yusuf, yang saat itu berusia 53 tahun dan merasakan gangguan asam urat tersebut. Padahal sudah berusaha berobat, mulai dari dokter, sin she, sampai “orang pintar”, namun penyakitnya tak juga sembuh, malah semakin parah dan sempat memakai decker.

Melihat penderitaan ayahnya, Dian tak tahan tapi tak berdaya, sampai suatu saat secara tak sengaja ia membaca buku kuno yang ada diperpustakaan keluarga. Buku peninggalan kakeknya itu ternyata berisi seni pengobatan tradisional. Diam-diam ia mempelajarinya dan meracik obat berdasarkan dari buku peninggalan kakeknya tersebut. Dengan ramuan tersebut ia mengobati ayahnya dengan petunjuk buku, dan ternyata Berhasil…….

Apa saja yang diracik Dian sehingga bisa berhasil? Ramuan obat yang diracik  itu adalah minyak adas, minyak kayu putih, minyak jahe, kayu manis, minyak jeruk dan minyak melati, yang kesemuanya itu merupakan minyak atsiri murni dari kekayaan alam Indonesia. 

Ketika itu, Hakimuddin memang menderita gangguan asam urat di lututnya sejak januari 1996. Rasa sakit itu bukan hanya di lutut yang membuat jalan terpincang-pincang, tetapi juga pinggang. “Saya sudah bosan berobat ke dokter. Memang, saya dikasih obat yang bagus. Penyakit saya hilang kalau minum obat, kalau tidak ya ,…. Kambuh lagi……,”  Jadi obat hanya sifatnya temporer saja. Begitu juga dengan dipijat, kakinya terasa ringan dan enak. Tetapi setelah dipijat penyakitnya balik lagi. Percuma saja………
Namun ia tetap mencari penyembuhan, kalau dokter yang satu tidak sembuh, mungkin dokter yang lain, kalau sin she satu tidak cocok, mungkin sin she yang lain, begitulah seterusnya.

Selain berobat kepada sin she, ia juga berobat kepada “orang pintar”. Dimanapun didatanginya, yang penting bisa menyembuhkan penyakitnya. Ia sampai mengelilingi Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Soal uang, tak jadi masalah. Yang penting penyakitnya bisa S E M B U H. Tetapi tak satu pun yang bisa menyembuhkan. “Kalau boleh dibilang malah tambah parah”. Akhirnya, karena sudah lelah berusaha, ia pasrah saja. Ia berpikir mungkin ini cobaan Tuhan.  Ia Hanya berdoa, semoga suatu saat ada keajaiban yang bisa menyembuhkannya dari penderitaan.

Dian Milani Hakim, 32 tahun adalah anak sulung dari pasangan Hakimuddin SE dan Siswantari, tiap hari melihat penderitaan ayahnya. Ia memang ingin menolong, tetapi pada waktu itu ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Bila malam, ia memijit-mijit kaki ayahnya, meski ia tahu usahanya sia-sia. Namun paling tidak, ia bisa turut merasakan penderitaaan ayahnya. Milani yang gemar membaca dan mendengar musik, suatu kali dalam bulan April 1997, membongkar-bongkar buku di perpustakaan keluarga. Secara tak sengaja ia menemukan sebuah buku yang tampaknya sudah tua. Warnanya sudah kusam dan menguning, tetapi tulisannya masih bisa dibaca. Buku yang ditulis tangan itu adalah karya kakeknya yang berisi seni mengobati dengan cara tradisional. Di dalam buku itu,  ada salah satu petunjuk seni mengobati penyakit, yang resepnya tampak cocok dengan penyakit yang diderita ayahnya. Tanpa setahu orang lain, diam-diam Milani mempelajarinya secara tekun di sela-sela waktu kuliah dan jam belajarnya yang ketat.

Untuk membuktikannya, ia mencari semua bahan yang dengan mudah bisa didapatkannya di toko-toko bahan-bahan kimia. Ia mencoba mencampur dan meraciknya sendiri bahan-bahan itu sesuai dengan komposisi dan petunjuk seperti yang ada dalam buku itu. Kemudian, ia mencoba mengobati penyakit ayahnya.

Semula, ayahnya merasa tak yakin benar, bahwa obat hasil racikan anaknya itu akan ampuh. Hakimuddin tidak yakin anak sulungnya bisa meramu obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya, apalagi ia kuliah di fakultas ekonomi. Hanya untuk menghargai usaha anaknya, Hakimuddin bersedia bagian-bagian tubuhnya dilumuri ramuan tersebut. Selain itu, Hakimuddin  juga ingin dipijat untuk mengurangi rasa sakit. Lututnya yang sudah parah, dan berbunyi nyaring kalau dipukul, dilumuri ramuan minyak yang belum diketahui namanya itu. Yang dirasakan Hakimuddin ketika dilumuri itu adalah panas. Dan lututnya seperti ditusuk-tusuk, setelah itu baru terasa hangat.

Dengan tekun, Milani mengobati lutut ayahnya pagi sebelum berangkat kerja, dan malam sebelum tidur atau setelah istirahat. Dengan upaya ini, setidaknya ayahnya merasakan pijatan dan rasa hangat. Milani melakukan itu dengan sabar selama beberapa hari. Selain itu, ia berdoa semoga resep yang tertulis didalam buku tua itu bisa menolong, kalaupun tidak, sekurang-kurangnya ia sudah berusaha.

Diluar dugaan, tiga hari kemudian setelah dilumuri ramuan tersebut, penyakitnya berangsur-angsur hilang dan sembuh. Ayahnya sendiripun semula tak percaya , bahwa penyakitnya yang kronis lebih dari setahun dan menurut perhitungan dokter tipis harapan untuk sembuh, ternyata bisa sembuh.

“Sungguh, kaki saya yang tadinya sudah diberi decker dan pincang, lambat laun tak terasa lagi”, ujar Hakimuddin. Berita gembira itu sungguh membahagiakannya. Ia tak percaya, tapi kenyataannya ia sembuh. Hakimuddin bertanya kepada Milani, dimana dan darimana ia menemukan ramuan itu, dan berapa harganya. Dengan malu-malu, Milani menceritakannya, bahwa ramuan itu tidak dibeli, tapi hasil racikan sendiri sesuai dengan petunjuk buku yang ditemukan di perpustakaan keluarga.

Setelah mendengar cerita anaknya, dan buku tua itu dicek olehnya, Hakimuddin baru mengerti bahwa buku itu adalah hasil tulisan ayah Hakimuddin, yang didalamnya berisi berbagai resep petunjuk untuk menyembuhkan asam urat. Kabar gembira itu kemudian disebarkan kepada teman-temannya di kantor. Ia memberikan sisa obat hasil racikan Milani kepada mereka, tetangga, dan kepada siapa saja yang membutuhkannya.“Sebagai wujud rasa syukur saya karena sembuh”, kata Hakimuddin gembira. Dan Alhamdullilah, ramuan yang tak bermerk, dan hanya dikemas dalam botol asal saja, bisa berkhasiat juga menyembuhkan sakit pinggang, rheumatic, sampai masuk angin.

Milani sendiri tak pernah berpikir untuk mengembangkan hasil temuan warisan leluhurnya itu. Yang penting, ia bahagia, karena penyakit ayahnya bisa sembuh, dan ayahnya bisa bekerja tanpa harus terus-menerus menahan sakit. Diluar dugaan, ternyata obat yang beredar diam-diam, dari tangan ke tangan, dan dari mulut ke mulut itu, malah banyak yang menanyakan. Waktu itu, tanpa berpikir soal untung rugi Milani membuat racikan lagi, dan dibagikan kepada teman-teman ayah dan ibunya yang meminta obat yang belum bernama itu.

Semula Milani tak menyadari bahwa penemuan itu tak sengaja akan membuatnya repot. Ia terpaksa meracik lagi agak lebih banyak karena banyak permintaan. Kalau semula obat itu diberikan gratis, karena sekarang bahannya harus beli, ramuan obat itu mulai dijual dengan harga murah.

Karena permintaan dari peminat ternyata semakin banyak, datang dari Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Medan, Bali dan lain-lain sebagainya, maka dengan dibantu oleh ayahnya, ibu, dua orang adiknya dan pembantunya, ia harus membuat lebih banyak lagi. “Padahal saya tidak melakukan promosi, permintaan bisa begitu banyak,” kata Milani yang kebingungan menghadapi permintaan yang begitu banyak. Karena memang tak ada keluhan dari pemakai, akhirnya ramuan hasil racikannya didaftar  di Departement Kesehatan RI.
 
Kalau ternyata ramuan ini berkhasiat, mengapa tidak dimintakan hak edarnya secara resmi?” kata Milani.
Berdasarkan hasil diskusi dengan keluarga, akhirnya racikan obat itu menggunakan logo “lampu Aladin” dengan merk MIRACLE yang artinya MInyak RAmuan Ciptaan LEluhur”, sedangkan lampu mempunyai makna Keajaiban.

Atas desakan ayah dan ibunya, sekarang Milani tak malu-malu lagi meracik ramuannya dalam jumlah banyak. Usaha keluarga ini benar-benar dikerjakan bersama. Milani yang meracik obat, sedangkan ayah, ibu, dua adik dan seorang pembantunya yang memasukkan racikan itu kedalam botol, dan kemudian dikemas.

Sekarang, produknya itu tak hanya beredar di dalam negeri , akan tetapi sudah dibawa ke berbagai negara. Umumnya dibawa orang yang mau ke luar negeri, mereka biasanya membawa sepuluh atau dua puluh botol, terlebih kalau pas musim dingin. Setidaknya , kata mereka, ramuan ini cocok sebagai penghangat. Jemaah Hajipun sering membawa ramuan ini, yang tenyata berguna juga untuk menyembuhkan rematik, pegal-pegal dan masuk angin.

Karena sudah sedemikian banyak permintaan dari konsumen, maka akhirnya pada bulan Juli 1997, Milani berani meluncurkan produk racikannya dengan mengundang handai tolan, kerabat, dan orang-orang yang pernah sembuh dengan obat ini.

Obat Gosok dengan logo Lampu Aladin ini dikemas bagus dan dilengkapi dengan petunjuk pemakaian dengan bahasa Indonesia, Inggris , Arab dan Cina, untuk memudahkan obat ini diekspor ke mancanegara.

Kalau diurut jauh kebelakang, agaknya ada benang merah antara ramuan ini dengan sejarah keluarga mereka. Seperti dikatakan Hakimuddin, mereka secara tak langsung adalah keturunan bangsawan di kerajaan Sriwijaya. Biasanya keluarga kerajaan menyimpan sesuatu yang terkadang amat dirahasiakan bagi dunia luar. Rahasia itu hanya diketahui oleh keluarga saja. Bisa jadi ramuan tersebut yang ditemukan secara tak sengaja oleh Milani adalah ramuan warisan leluhurnya. Dan kalau, sekarang ini ia berhasil membuat ramuan itu, adalah milik leluhurnya yang kemudian dibuka dengan alasan kemanusiaan.

Sesuai dengan perkembangannya sejak dari pertama kali diluncurkan sampai sekarang produk Obat Gosok “Miracle” ini mengalami beberapa penyempurnaan dari segi kemasannya. Dari pertama kali berupa botol kaca 30 ml sekarang  berupa Botol plastik tebal 30 ml yang elastis, enak dibawa, aman, anti bocor, anti pecah dan tahan lama. Selain itu terdapat penyempurnaan tutup botol yang telah diberi segel pengaman. Semua itu disesuaikan dengan masukan-masukan dari konsumen dan juga demi kepuasan pelanggan tanpa mengurangi kualitas ramuan obat itu sendiri.

Semoga bermanfaat dan selamat membuktikan sendiri keajaiban obat gosok MIRACLE  ini!


Kenali Asam Urat Anda:

Follow imamwy on Twitter

Pengikut

Vote for this blog

Total Tayangan Halaman

Zawa Hello Ramadhan